Membuat Thermoelectric Generator

Ada banyak cara yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan energi listrik.
Salah satunya adalah dengan menggunakan Thermoelectric Generator.
Untuk membuat Thermoelectric Generator dibutuhkan bahan-bahan sebagai berikut :
1. Element Pertier
2. Dua buah radiator
3. Kabel
4. Pasta penghantar panas
5. Lampu
6. Lilin


Langkah pembuatan:
1. Oleskan pasta penghantar panas pada kedua sisi element pertier, kemudian lekatkan radiator pada     masing-masing sisi element pertier.
2. Rangkai kabel dengan lampu dan hubungkan dengan element pertier.
3. Panaskan salah satu sisi radiator dengan menggunakan lilin. Jika panas yang dihasilkan lilin cukup besar, maka listrik yang dihasilkan akan mampu menyalakan lampu.

Note : Semakin besar panas yang diberikan pada salah satu radiator, maka listrik yang dihasilkan semakin besar.

Sumber : http://www.instructables.com/id/Free-energy-Any-source-of-heat-Not-only-th/




Acara Nge-BeAT Bareng Hai Skulizm 2012 di SMKN 11 Malang


Pada hari Selasa 23 Oktober 2012 di SMKN 11 Malang diadakan acara "Acara Nge-BeAT Bareng Hai Skulizm 2012"
Acara ini berlangsung sangat meriah dengan diikuti beberapa penampilan dari ekstra kurikuler Sepak Takraw, Tari, Paskibra, Penampilan Dance,  Band dari siswa-siswi SMKN 11 Malang dan dari bintang tamu.

Ekstra kurikuler Paskibra yang selama ini mungkin hanya dikenal dengan baris-berbaris saja, ternyata mampu menampilkan pertunjukan yang menarik dengan aksinya yang khas.
Selain itu di acara ini juga ada  lomba foto gokil dan mengendarai sepeda lambat.

Selamat Ulang Tahun Bapakku..

Sebelum ayam berkokok dia sudah terbangun...
Menyempatkan diri tuk bersujud dan mengucap syukur buat hari yang baru..
memohon petunjuk dan berkat untuk anak-anak dan keluarganya...
Udara dingin yang menusuk tulang tak dihiraukannya..
Dengan penuh semangat dan antusias disiapkannya segala sesuatu tuk hari ini...
Tangan yang cekatan dan penuh gairah itu seolah-olah tak pernah lelah...
Hujaman terik mentari yang membakar kulit pun tak dihiraukannya...
Hujan deras dan gelegar petir pun diterjangnya...
Demi sebuah tujuan mulia membesarkan anak-anak dan keluarganya...

Bapakku..
Tak pernah sedikitpun ku dengar keluh kesahmu tentang hidup ini..
Dengan kesederhanaanmu engkau mengajariku mengucap syukur..
Dengan teladanmu engkau mengajariku tentang kerja keras..
Dengan kebijakanmu engkau bercerita tentang kehidupan dan beribu pesan yang didalamnya..
Dengan bersahaja engkau mengajariku untuk hidup tulus dan benar..
Bapakku..
Diusiamu yang tak lagi muda, engkau tetap tegar..
Guratan-guratan usia diwajahmu seolah-olah terkalahkan oleh semangatmu..
Sorot mata yang tak sejernih dulu, tetap memancarkan keteduhan..
Tangan yang tak sekuat dulu, tetap menopangku saat ku terjatuh..

Bapakku..
Tiada kata-kata yang cukup tuk unggapkan kasihmu kepadaku..

Bapakku..
Di ulang tahunmu yang ke 60 ini..
Hanya sedikit kejutan yang kuberikan untukmu..
Sebuah kue tart yang berbalut ketulusan dan rasa sayangku kepadamu..
Sambil kucium tanganmu dan memelukmu kuucapkan
"Selamat ulang tahun..
Semoga panjang umur, makin sehat dan makin diberkati Tuhan.."
Tak terasa air mata mengalir di pelupuk mataku dan matamu..

Terima kasih Tuhan, Engkau telah memberikan bapak yang begitu luar biasa bagi keluarga kami..

(Malang, 24 Oktober 2012)

Sambutlah Sang Pagi..

Ayam mulai berkokok sebagai ungkapan syukur atas hari yang baru...
Kabut tipis pun perlahan sirna digantikan oleh butiran mutiara yang menempel pada tepi-tepi daun...
Dan warnanya semakin indah terkena sapuan sinar kehidupan...
Ya... alam telah menampakkan senyumnya pada semua mahluk...
Bidadariku...
Sambutlah mereka dengan kidung surgawi kepadaNya dan biarlah kita renungkan perbuatan tanganNya melalui segala ciptaanNya serta surat cintaNya pada kita...

Emosi Jiwa

Berbagai macam angan lalu lalang dalam pikiranku,
kadang kobaran api semangat membakar jiwa, 
terkadang pula kesedihan dan kerinduan singgah.
Semua emosi yang ada memberikan warna yang indah dalam hidup ini.
Ah.... Jiwa mengapa terkadang engkau membutuhkan kesedihan yang dapat menghancurkan kerasnya bebatuan hati dan keangkuhan raga ini?
Mungkin karena kehampaan telah menjadi makanan sehari-hari hingga rasanya pun terasa hambar.
Wahai... Emosi Jiwa....!
Dekaplah aku dan selubungi aku dengan kekuatan yang mampu menghancurkan karang-karang jiwa yang teguh..
Kekuatan yang mampu mengubah api jiwa yang hampir padam menjadi kobaran api yang menyala-nyala...
Kekuatan yang mampu membuat orang menyerahkan jiwanya bagi para pemilik hatinya, laksana lilin yang membiarkan dirinya terbakar tuk terangi jalan jiwa-jiwa yang mau melewatinya.

Untukmu Belahan Jiwaku

Kucoba mencari desahan nafasmu diantara dengusan nafas alam yang membuat dedaunan menari-nari...
Kutajamkan mataku pada bulan, barangkali disanan dapat kulihat wajahmu...

Belahan Jiwaku...
Hasrat menawanku karena rinduku padamu...
Tetapi ketulusan berkata
"Bukankah ia selalu menemanimu menyusuri lorong-lorong waktu?
dan selalu tersenyum ketika dunia menampakkan wajah seramnya?"

Sebuah Pertanyaan tentang waktu..

Waktu terus menapakkan langkahnya tanpa ada seorangpun yang mampu menghentikannya..
Tidak juga kekuasaan yang dimiliki manusia...
Tidak juga uang yang seringkali dicari manusia...
Tidak juga Cinta yang katanya mempunyai kekuatan terbesar...
Ya..! tidak ada satupun kekuasaan dimuka bumi ini yang mampu menghentikan derap langkah sang waktu, apalagi tuk membuat sang waktu membalikkan langkahnya...
Jika demikian apakah waktu itu merupakan persandingan dari keabadian?
Entahlah.., tetapi abadi itu kan berarti tak berawal dan tak berakhir?
Jika demikian apakah waktu merupakan bagian dari keabadian?
Ya, di dalam keabadian ada waktu yang merupakan bagian kecil dari keabadian...
Tetapi bukankah waktu diperlukan untuk menyatakan keabadian?
Jika tidak ada waktu maka keabadian tidak dapat digambarkan...
Ah... entahlah pikiranku masih belum mampu menjawabnya...
Biarlah sang waktu terus membawaku untuk memahami dan memaknai waktu itu sendiri...

Terbebas dari cengkeraman



Angin tiba-tiba berhembus dengan kencang ketika kuterima sebuah pesan.
Sedetik kemudian jiwaku berada dalam kumpulan orang banyak.
Mereka mencemoohku dengan segala hujatan yang belum pernah kudengar sebelumnya.
Segala hujatan dan caci maki mencengkeramku dengan cakar-cakar yang tajam karena apa yang dulu pernah kuperbuat...

Belum sempat aku berteriak tuk sedikit mengurangi rasa sakitnya, taring-taring kata-kata hampa yang dulu pernah keluar dari mulutku mencabik-cabikku hingga tangis dan erangan kesakitan yang biasa menemani perihnya jiwa ini tak bersedia menemaniku lagi....

Kulihat kumpulan itu puas atas apa yang telah menimpaku dan mereka meninggalkanku satu persatu sambil membuang ludah ke atas mukaku...
Aku seorang diri mengerang dalam erangan yang tak mau keluar dari bibirku...
Tubuh yang tersisa ini lunglai seperti kain kotor yang tercampakkan di tempat sampah...

Sementara segala kabut siksa ini merangkumku, tiba-tiba kabut tipis mengelilingiku dan kulihat secercah cahaya keperakan muncul dari balik kabut itu. DIA yang mengenakan jubah pelangi dan bermahkotakan bintang-bintang menghampiriku dan mendekapku dengan kasih seorang ibu yang baru melahirkan anaknya. 

Sambil membelaiku kudengar DIA berkata "Anakku engkau kurancang sebelum dunia dibentuk dan engkau kutenun dengan kasih sayang dalam kandungan ibumu. Sekarang engkau sudah besar akupun tetap mencintaimu seperti cinta pertama seorang pemuda pada gadis yang diingini hatinya. Anakku meski apa yang telah kau perbuat membuatku bersedih, Aku mengasihimu bukan atas perbuatanmu, melainkan atas dirimu apa adanya".

Kemudian IA mengenakan jubah putih kepadaku dan mengambil salah satu bintang di mahkotanya lalu menaruhnya dalam hatiku.
Segala sakit yang kurasakan lenyap bersama kepergian kabut itu..
Dalam keterpanaanku ia menggandengku menyusuri gugusan galaksi surgawi..

Pemberhentian Sejenak

Tak terasa aliran sungai waktu membawaku ke sebuah pemberhentian sementara. 
Sebuah tempat dimana aku bisa sejenak bernafas dan menimbang jalan-jalan yang telah kulalui.
Sebuah tempat dimana aku bisa mensyukuri apa yang telah kulewati dan kudapati sepanjang jalan.
Sebuah tempat dimana gemericik air berubah menjadi alunan musik nan merdu.

Dalam keterpanaanku tiba-tiba tangan-tangan kekuatiran berusaha merengkuhku.
Mereka memaksaku dan terus merayuku “Sudahlah kamu tinggal disini saja, engkau bisa merasakan kenikmatan disini tanpa perlu terbentur bebatuan yang akan terus kau jumpai sepanjang jalan. Engkau pun tak tahu apakah engkau bisa mencapai samudera luas itu atau hanya berakhir dicomberan yang kemudian lenyap tanpa meninggalkan arti sekalipun”. 

Sejenak aku terpengaruh oleh kata-kata itu dan ingin juga aku menuruti nasehatnya, tetapi kemudian aku tersadar, bahwa jalan panjang dihadapan menantiku dengan berbagai petualangannya. Sebuah tantangan yang akan kuhadapi dengan berjuta harapan dan cita yang akan memberikanku pengharapan mengarungi sungai waktu menuju samudera luas.